Komunikasi Dalam Era Teknologi Komunikasi Informasi
PAPER
FENOMENA SISTEM KOMUNIKASI INDONESIA
MASA KINI
Disusun oleh:
1.
Dwilyan Candra (51703050012)
2.
Sita Maylani (51703050028)
3.
Wira Yudha (51703050030)
UNIVERSITAS ISLAM
MAJAPAHIT
FAKULTAS ILMU SOSIAL
DAN ILMU POLITIK
ILMU KOMUNIKASI
2018-2019
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Globalisasi
dan perkembangan teknologi komunikasi informasi saat ini telah memungkinkan
manusia berkomunikasi
dalam bentuk-bentuk yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Kemajuan
teknologi komputer yang menyatu
dengan berbagai alat-alat komunikasi lainnya, seperti radio, televisi, telepon,
telepon seluler, smart
phone,atau bahkan yang sekarang tablet PC telah membuat masyarakat dunia, tidak
terkecuali Indonesia bergerak
ke arah perubahan komunikasi yang mengglobal. Kebudayaan manusia selalu
berkembang menyesuaikan
perkembangan teknologi yang ada. Demikian juga berkembangnya bermacam teknologi
komunikasi yang muncul dengan banyak
varian telah membuat manusia terus menerus mencari bentuk baru dalam berkomunikasi. Komunikasi yang
diperantarai oleh medium-medium baru tersebut telah membuat para teoritisi komunikasi menengok kembali
teori-teori komunikasi yang telah dipelajari sebelumnya.
Munculnya teknologi internet yang
memungkinkan manusia untuk terhubung secara virtual telah melahirkan
komunitas-komunitas virtual. Identitas manusia pun muncul dalam berbagai macam identitas
virtual yang dianggap lebih dapat mengekspresikan dirinya dalam berkomunikasi
dengan rekan virtual lainnya. Mereka yang terlibat dalam komunikasi yang diperantarai
oleh medium internet ini tidak hanya didominasi oleh kaum muda, tetapi
orang-orang yang dahulunya tidak mengenal teknologi informasi maka seringkali
mereka dituntut untuk merubah diri untuk menyesuaikan dengan semakin menyebar
dan meluasnya teknologi ini. Pew Research Center, misalnya menemukan dalam survei
mengenai penggunaan computer pada 2001 bahwa empat juta kaum senior berusia 65
tahun ke atas terbiasa online, mengirimkan e-mail pada
anggota-anggota keluarga dan menjelajah dunia internet. AARP (American
Association of Retired Person) mengamati bahwa 400.000 anggota mereka online setiap
bulannya (West & Turner, 2008). Kecanggihan teknologi yang semakin
mendukung komunikasi lewat dunia maya ini sekarang dapat dilihat melalui
beramai-ramainya orang memakai alat komunikasi yang bernama BlackBerry atau varian lainnya yang menjadi pengikut. Asosiasi Telepon Seluler Indonesia
(ATSI) mencatat pengguna BlackBerry di Indonesia sudah menembus angka 1 juta
sampai Maret 2010 (KSP, 2010). Penggunaan alat komunikasi tersebut semakin
menguatkan pemakaian facebook maupun twitter sebagai media yang
dapat memperantarai orang untuk dapat berkomunikasi secara intens satu sama lainnya. Seringkali orang menyebut fenomena kemunculan jejaring sosial secara virtual
saat ini yaitu facebook, twitter ataupun yang lainnya yang diperantarai
oleh teknologi komunikasi sebagai tanda munculnya revolusi dalam bidang
komunikasi. Berdasarkan survei Sycomos, ComScore, dan Komunitas Twitter Fred
Wilson, sebagaimana diungkapkan seorang blogger, Wicaksono, pengguna
Twitter di Indonesia telah mencapai 5,6 juta orang. Jumlah itu menempatkan
Indonesia sebagai negara pengguna Twitter tertinggi di Asia. Bahkan, Indonesia menduduki posisi nomor enam di dunia setelah Amerika Serikat,
Inggris, Brasil, Kanada, dan Australia (Margianto, 2010). Lain halnya dengan
situs jejaring sosial lainnya yaitu facebook. Pengguna yang berada di
urutan teratas adalah AS dengan 146 juta pengguna dan tingkat penetrasinya 47. 25
persen. Jepang berada di peringkat 53 secara global. Hal yang mengagetkan,
jumlah pengguna facebook di Indonesia berada di peringkat kedua dengan
33 juta pengguna, disusul Inggris di peringkat ketiga dengan 27 juta pengguna.
Tingkat penetrasi di Indonesia adalah 13. 96 persen, sementara 44,1 persen di
Inggris. Dua negara lainnya di lima besar adalah Turki dengan 24 juta pengguna
dan Filipina dengan 20 juta pengguna (Anonim, 2011). Hal lain yang dicatat kompas
pada Juli 2010 ini tentang facebook adalah bahwa pengguna facebook
akan mencapai 500 juta dalam pekan ini, facebook juga mengumumkan
telah mencapai 150 juta pengguna ponsel, atau naik sekitar 50 persen sejak
April (KSP, 2010). Semua fakta yang tersebut di atas pada dasarnya bermula dari
munculnya teknologi informasi yang memungkinkan internet untuk terus berkembang
dan mengembangkan diri sampai dengan saat ini.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Teknologi dalam Sejarah Komunikasi Manusia
Cara
manusia berkomunikasi satu sama lain yang kita temui saat ini, dimana manusia memiliki
bermacam cara untuk terhubung dengan yang lainnya; karena ketersediaan
alat-alat komunikasi yang memungkinkan mereka untuk mempunyai alternatif
menurut kebutuhan maupun keinginan yang paling sesuai dengan situasi dan
kondisi yang ada, bukanlah melalui proses satu atau dua tahun atau bahkan
sepuluh tahun saja, tetapi cara manusia mengatasi kebutuhan dalam berkomunikasi tersebut telah melalui masa evolusi yang begitu panjang. Sebagai
mahluk Tuhan yang membedakannya dengan mahluk lainnya, menurut Bungin manusia
mampu belajar menyesuaikan dirinya dengan alam sekitarnya serta menciptakan dan
menggunakan alat (teknologi) yang diperlukan dalam mengatasi lingkungannya
(Bungin, 2009). Para teoritisi komunikasi juga telah memahami hal tersebut, dan
telah menggambarkannya dalam berbagai argumennya. Menurut Nordenstreng &
Varis dalam Bungin (2009), ada empat titik penentu utama dalam sejarah
komunikasi manusia, yaitu: (1) ditemukannya bahasa sebagai alat interaksi
tercanggih manusia; (2) berkembangnya seni tulisan dan berkembangnya kemampuan
bicara manusia menggunakan bahasa; (3) berkembangnya kemapuan reproduksi
kata-kata tertulis (written words) dengan menggunakan alat
pencetak, sehingga memungkinkan terwujudnya komunikasi massa yang sebenarnya;
(4) lahirnya komunikasi elektronik, mulai dari telegraf, telepon, radio,
televise hingga satelit. Sedangkan Rogers dalam Bungin (2009) mengatakan bahwa
dalam hubungan komunikasi di masyarakat dikenal empat era komunikasi, yaitu :
era tulis, era media cetak, era media telekomunikasi, dan era media interaktif.
Di era yang disebut terakhir dikenal media computer, videotext dan teletext,
teleconferencing, TV kabel, dan sebagainya. Sementara McLuhan (dalam
West & Turner, 2008) menggambarkan periodesasi perkembangan komunikasi
manusia dalam empat sejarah, yaitu: era kesukuan, era tulisan, era cetak, dan
era elektronik. Era elektronik memungkinkan berbagai komunitas berbeda dunia
saling terhubung satu sama lain. Disinilah kemudian muncul istilah global
village, dimana kehadiran teknologi elektronik telah menghilangkan sekat
atau dinding pemisah di antara manusia. Perkembangan tekhnologi kian hari kian
berkembang, hal ini terbukti dengan banyak bermunculannya perangkat-perangkat kerja maupun sehari-hari yang dilengkapi
dengan perangkat high technology. Perkembangan tekhnologi ini pun tidak disia-siakan
oleh para produsen telekomunikasi, handphone, untuk menambahkan
tekhnologi-tekhnologi terbaru didalamnya. Deflur & Ball-Rokeach (1989)
menyatakan bahwa manusia pada abad sembilan belas harus mengembangkan kemampuannya
untuk membaca koran, tetapi sekarang, orang harus menjadi computer literate
menghadapi kemunculan dan kesuksesan media massa berbasis komputer. Sementara
itu pembangunan sistem pendidikan mementingkan bagaimana mengajarkan manusia
untuk membaca, tetapi sekarang sistem pendidikan bagi masyarakat penting untuk
mengembangkan kemelekan terhadap komputer. Perkembangan teknologi informasipun
menurut Bungin telah mengalami evolusi, yaitu dimulai dari era komputerisasi,
era teknologi informasi, era sistem informasi dan era globalisasi infomasi
(Bungin, 2009).
2.2 Revolusi Komunikasi dalam Era Globalisasi
Hal penting lain yang membantu kita membentuk media kita di
masa depan adalah pengembangan teknologi komunikasi interaktif. Interaktifitas
biasanya menunjuk pada proses komunikasi yang merupakan karakteristik dari
komunikasi interpersonal. Dalam komunikasi interpersonal, pengirim dan penerima
membagi peran dari komunikator, dan setiap pihak menerima feedback secara
penuh pesan-pesan baik yang berbentuk komunikasi verbal maupun non verbal
(Deflur & Ball-Rokeach, 1989). Dalam Teori Ekologi Media atau seringkali
disebut sebagai Teori Determinasi Teknologi yang disampaikan oleh McLuhan
(dalam West & Turner, 2008), pengaruh teknologi media terhadap masyarakat
merupakan ide utama di balik teori tersebut. Media melingkupi seluruh
keberadaan kita. Dalam asumsinya yang ketiga teori tersebut, McLuhan (dalam
West & Turner, 2008) menggunakan istilah desa global (global village)
untuk mendeskripsikan bagaimana media mengikat dunia menjadi sebuah sistem
politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang besar. Dampak dari desa global ini
adalah kemampuan untuk menerima informasi secara langsung. Akibatnya, kita
harus mulai tertarik dengan peristiwa global, dibandingkan berfokus hanya pada
komunitas kita sendiri. Ia mengamati bahwa bola dunia tidak lebih dari sebuah desa
dan bahwa kita harus merasa bertanggung jawab bagi orang lain. Orang lain
sekarang terlibat dalam kehidupan kita, sebagaimana kita terlibat dalam
kehidupan mereka, berkat media elektronik (West & Turner, 2008). Pada
dasarnya McLuhan (dalam West & Turner, 2008) mengasumsikan bahwa teknologi media
telah menciptakan revolusi di tengah masyarakat karena masyarakat sudah sangat
tergantung kepada teknologi dan tatanan masyarakat terbentuk berdasarkan pada
kemampuan masyarakat menggunakan teknologi. Ia melihat, media berperan
menciptakan dan mengelola budaya (Morissan, Wardhani & Hamid, 2010). Dari
pendapatnya bahwa we shape our tools and they in turn shape us, menunjukkan
bahwa pada dasarnya teknologi yang kita buat secara tidak langsung telah
membentuk kita, terutama dalam hal berkomunikasi. Teknologi komunikasi telah
menjadi penyebab utama perubahan. Griffin (2003) mencatat pendapat McLuhan
(dalam West & Turner, 2008) bahwa media elektronik baru telah secara radikal mengubah cara manusia berpikir, merasa,
dan bertindak. Kita sedang berada ditengah-tengah sebuah revolusi, dan juga
kita harus segera memahami bahwa dunia tidak akan pernah lagi sama. McLuhan
(dalam West & Turner, 2008) menggambarkan bahwa setiap kita adalah anggota
dari single global village. Media elektronik telah membawa kita
terhubung dengan setiap orang, di setiap wilayah, secara seketika. Ketika kita
memulai abad ke-21, media komunikasi telah memasuki era baru. Kemajuan di
bidang teknologi menyatu dengan information society telah menghasilkan transisi
menuju kepada transisi digital terhadap semua bentuk media, bahkan kita dapat
melihatnya bahwa seluruh dunia telah menuju ke arah digital. Basri (2006)
mengistilahkan perubahan dalam perekonomian dunia dan hubungan ekonomi telah
mengalami revolusi akibat berkembangnya teknologi. Pada awal dekade 1980-an
kita sudah mengenal istilah Revolusi triple-T untuk menjelaskan terjadinya perubahan mendasar dalam perekonomian dunia dan hubungan ekonomi
antar bangsa yang dipicu oleh perkembangan pesat di bidang teknologi
komunikasi, transportasi, dan turisme. Revolusi ini menyebabkan pergerakan
barang dan jasa serta faktor-faktor produksi ibarat arus air yang mengalir deras ke segala penjuru dunia. Lalu kita semakin akrab dengan kata globalisasi
yang menggambarkan dunia tanpa tapal batas (borderless world). Ketika
media baru telah memasuki rumah kita, pola-pola konsumsi media cenderung
berubah, berdasarkan sebuah studi, sepertiga dari pengguna internet sebenarnya
menghabiskan waktu lebih sedikit untuk menonton televisi dibanding sebelumnya
ketika mereka memulai menggunakan jaringan dan saat ini internet telah menjadi
lawan dari media konvensional seperti koran dan televisi sebagai sumber-sumber baru bagi banyak orang (Straubhaar, La Rose & Davenport, 2004).
Friedman (2006) menyebut fenomena globalisasi yang ditandai dengan
berkembangnya teknologi informasi; di mana hal ini telah membawa pengaruh dalam
setiap aspek kehidupan manusia dengan mengistilahkan bahwa dunia telah menjadi
datar (The World is Flat) dan telah membentuk tatanan dunia datar.
Tatanan dunia datar (flat-world platform) adalah konvergensi (penyatuan)
antara komputer pribadi yang memungkinkan setiap individu dalam waktu singkat menjadi
penulis materi mereka sendiri secara digital, serat optik yang memungkinkan
mereka untuk mengakses lebih banyak materi di seluruh dunia dengan murah juga
secara digital, serta work flow software (perangkat lunak alur kerja) yang memungkinkan individu-individu di seluruh dunia untuk
bersama-sama mengerjakan suatu materi digital dari manapun, tanpa menghiraukan
jarak antar mereka. Dalam dunia yang telah datar ini, Friedman (2006)
menggambarkan bahwa pada abad ke-21 dunia seakan tak ada lagi penghalang.
Setiap sudut dunia begitu mudah dijangkau dan dijelajahi, bahkan tak lagi dalam
hitungan menit melainkan detik. Semua itu bisa terwujud berkat kecanggihan iptek
dan telekomunikasi. saat ini dunia sudah terlalu kecil. Kecilnya dunia yang
digambarkan oleh Friedman mungkin secara lebih gampangnya dapat kita analogikan
dengan handphone atau yang sedang ramai di pasaran yaitu smart phone dan
tablet PC yang sehari-hari dapat kita pakai untuk dapat terhubung dengan orang
lain kapanpun dan dimanapun kita butuhkan. Dengan demikian dunia ibaratnya tak
lebih besar dari segenggaman tangan. Pencapaian yang berabad-abad lalu hanya
sebagai angan kini sudah menjadi kenyataan. Hanya dengan benda mungil dan
ringan yang disebut telepon seluler atau telepon genggam semua menjadi dekat tanpa batas. Siapa saja bisa
dihubungi, kerabat, sejawat atau rival seteru. Dimana pun dan kapan pun semua
bisa diajak berkomunikasi saat itu juga. Kehidupan manusia yang telah berubah
dan telah bergerak ke arah penyesuaian terhadap berkembangnya teknologi
komunikasi ini selanjutnya digambarkan Friedman sebagai berikut: “Kini semakin
banyak orang dimungkinkan untuk bekerja sama dan bersaing dalam lebih banyak
bidang kerja dengan lebih banyak orang dari berbagai negara di planet ini di
atas pijakan yang lebih setara sepanjang sejarah dunia ini, melalui komputer, e-mail,
jaringan serat optik, konferensi jarak jauh, serta perangkat lunak baru
yang dinamis dengan mendatarnya dunia berarti semua pusat pengetahuan di planet ini terajut menjadi jaringan tunggal, yang bila tidak
dirusak oleh politik dan terorisme mampu menghantar kita pada masa
kesejahteraan, pembaharuan, dan kerjasama antar perusahaan, masyarakat maupun
pribadi, yang mengagumkan” (pp. 7-8). Disadari ataupun tidak, ponsel
(belakangan ponsel plus modem) tentunya berikut jaringan komunikasi yang
disediakan operator merupakan satu alat yang sebenarnya merupakan penyatuan
atau penggabungan beragam fasilitas dan fungsi sarana informatika dan komunikasi
teknologi (ICT). Bentuk boleh kecil tapi manfaat besar luar biasa. Banyak hal
yang di masa lalu mungkin tak bisa dilakukan atau relatif lebih sulit menjadi
mudah di masa kini berkat adanya konvergensi teknologi komunikasi dan
telekomunikasi. Pertanyaan selanjutnya menurut Fredman adalah : Dimana posisi
dan peluang saya sebagai individu dalam persaingan global saat ini serta
bagaimana saya pribadi bekerja sama dengan orang lain secara global pula? Berbicara mengenai berkembangnya Information Communication Technology tentu
tidak bisa terlepas dari berkembangnya teknologi yang memungkinkan internet untuk
lebih dapat digunakan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan kecepatan
pengiriman dan penerimaan informasi. Saat ini, media telah merubah dunia kita
dalam banyak cara dengan kemunculan internet, integrasi teknologi komunikasi,
berubahnya kerajaan-kerajaan media, gaya hidup baru, perubahan karir, perubahan
regulasi, berubahnya isu-isu sosial, dan dinamika baru dalam kekuasaan di
masyarakat, kesemuanya seringkali kita melihatnya ketika kita melakukan studi
tentang media. Komputer dan jaringannya dikembangkan dalam masa konflik-konflik
militer global di pertengahan abad dua puluh. Kesemuanya secara berangsur-angsur
berevolusi kedalam medium elektronik internet (Straubhaar, La Rose &
Davenport, 2004). Pada tahun 1991 world wide web muncul dan langsung
mengubah dunia maya yang semula kacau menjadi keteraturan dan kejelasan. Sejak
saat itu, web dan internet tumbuh sebagai satu kesatuan dengan kecepatan
luar biasa. Menurut Friedman (2006), dalam waktu 5 tahun, jumlah pengguna internet melonjak dari
600.000 menjadi 40.000.000! Bahkan satu saat, jumlahnya bisa berganda setiap 53
hari. Perkawinan antara videotext, hypertext, computer graphics, interactive
CD-ROM, and multimedia personal computer menghasilkan lingkungan dimana
world wide web dilahirkan. Penerapan teknologi, seperti LAN, WAN Globalnet, Intranet, Internet, Ekstranet, semakin hari semakin meratadan membudaya di
masyarakat (Bungin, 2009). Saat ini kita melihat komputer seakan sebagai sebuah
media baru. Banyak situs yang menawarkan audio dan video layaknya teks dan
grafik, hal ini memperlihatkan konvergensi media massa dengan media komputer.
Oleh karenanya internet merupakan model sebagai lingkungan media komunikasi yang baru: jaringan komputer dengan kecepatan tinggi yang dengannya
kita dapat melihat cerita-cerita baru, menonton video, mendengarkan musik, dan
berkomunikasi dengan keluarga, temanteman, rekan kerja dengan kesenangan yang
sama. Teknologi seringkali digambarkan sebagai pengaruh yang paling penting
terhadap masyarakat. Ada masa dimana bertmeu orang secara langsung merupakan
prasyarat untuk berkomunikasi dengan orang tersebut. Tetapi masa-masa teknologi
dimana kita hidup telah diperluas hingga pada batasan bahwa bertemu secara
langsung berarti langsung di monitor komputer.
2.3
Budaya berkomunikasi dan identitas baru dalam era komunikasi
virtual
Kebudayaan
(culture) adalah produk dari seluruh rangkaian proses social yang
dijalankan oleh manusia dalam masyarakat dengan segala akivitasnya. Dengan demikian,
menurut Bungin (2009), maka kebudayaan adalah hasil nyata dari sebuah proses
social yang dijalankan oleh manusia bersama masyarakatnya. Menurut Littlejohn
(2002), budaya merupakan ide umum yang padanya suatu masyarakat atau kelompok
bergantung: ideologinya, atau cara kolektif memahami pengalaman. Kedua, budaya
adalah praktik atau keseluruhan cara hidup sebuah kelompok atau segala yang dilakukan
manusia dari hari ke hari. Kedua konsep yang disampaikan oleh Littlejohn
tersebut bukanlah hal terpisah karena menurutnya ideologi diproduksi dan
direproduksi melalui praktik-praktik social, bahkan dalam kajian media dan budaya, praktik dan ide-ide muncul
bersamaan dalam konteks sejarah. Williams (dalam Storey, 2003) memberikan tiga
definisi yang luas tentang budaya yaitu: (1) proses umum perkembangan
intelektual, spiritual, dan estetis; (2) pandangan tertentu dari masyarakat, periode,
atau kelompok tertentu; (3) karya dan praktik-praktik intelektual terutama
aktivitas artistik. Dalam kaitannya antara kehadiran teknologi dan cara manusia
berkomunikasi, maka McLuhan (dalam West & Turner, 2008) menulis mengenai
pengaruh teknologi seperti jam dinding, televisi, radio, film, telepon, dan
bahkan jalan dan permainan. Walaupun kini kita tidak akan menganggap beberapa
hal di atas sebagai teknologi, pada saat itu, McLuhan tertarik dengan dampak sosial
yang dihasilkan oleh bentuk-bentuk komunikasi utama yang menggunakan media ini.
Selain kemudahan dalam keterhubungan dengan orang lain secara virtual,
Identitas yang menunjukkan eksistensi para pengguna teknologi tersebut tampaknya
menjadi hal yang juga penting untuk ditampilkan. Apabila sedikit ditilik dari
kajian komunikasi dan budaya, di dalam dunia maya dapat kita lihat bahwa orang
mulai membentuk komunitas sosialnya untuk membentuk suatu in-group untuk
menampilkan identitas sosial dalam kelompoknya tersebut. Menurut Tafjel &
Turner (dalam West & Turner, 2008) mengamati bahwa orang berjuang untuk mendapatkan
atau mempertahankan identitas social yang positif, dan ketika identitas social
dipandang tidak memuaskan, mereka akan bergabung dengan kelompok dimana mereka
merasa lebih nyaman atau membuat kelompok dimana
mereka sedang tergabung sebagai tempat yang lebih menyenangkan. Dalam studi tentang Computer Mediated Communication (CMC) terdapat konsep penting yaitu kehadiran sosial (social presence) yaitu keadaan dimana medium elektronik meniru isyaratisyarat social yang hadir dalam kehidupan interaksi tatap muka (face-to-face). E-mail yang hanya berupa kata-kata tercetak dapat dikatakan mempunyai kehadiran social yang rendah, yang secara teoritis membuatnya hanya sesuai untuk pertukaran informasi yang rutin. Komunikasi dua arah melalui videocoferences mempunyai kehadiran social yang tinggi karena mereka membawa isyaratisyarat social yang penting dalam intonasi suara dan ekspresi wajah dan arus interaksi langsung yang berjalan dua arah (Straubhaar, La Rose & Davenport, 2004). Melihat sekeliling kita saat ini, maka rasanya sudah tidak asing lagi kita melihat orang-orang saling berkumunikasi lewat jaringan internet. Teknologi komunkasi telah memungkinkan manusia untuk dapat melakukan komunikasi tersebut yang muncul dengan nama-nama baru seperti e-mail, facebook, twitter, dan sebagainya. Dalam transisi menuju information society, kita tidak lagi berpikir tentang bermacam-macam media komunikasi seperti buku, koran, majalah, radio, televisi, film, telepon dan komputer sebagai hal yang berbeda sama sekali. Kemajuan dalam teknologi komputer dan jaringan telekomunikasi telah membuat kesemuanya mengalami penyatuan atau konvergensi dengan media massa konvensional (Straubhaar, La Rose & Davenport, 2004). Dalam periodesasi yang dibuat oleh Mc.Luhan, maka saat ini kita memasuki era elektronik (setelah era tribal, era melek huruf, dan era cetak) dimana pada zaman ini ditandai dengan adanya telegraf, telepon, mesin ketik, radio, dan televisi telah membawa kita kembali pada masa tribalisasi dan komunikasi lisan. Alih-alih buku sebagai pusat penyimpanan informasi utama, media elektronik mendesentralisasi informasi. Era ini telah mengembalikan kita pada ketergantungan primitif akan berbicara pada satu sama lain. Kini, kita telah mengartikan berbicara secara berbeda sebagaimana hal tersebut terjadi pada era tribal. Kita berbicara melalui televisi, radio, rekaman/pita kaset/CD, foto, mesin penjawab, telepon seluler, blog, dan e-mail. Era elektronik memungkinkan komunitaskomunitas yang berbeda di bagian dunia yang berbeda untuk tetap terhubung (West & Turner, 2008). Selvin (2002) mencatat penggambaran Howard Rheingold tentang komunitas virtual akibat penggunaan internet sebagai “People in virtual communities use words on screens to exchange pleasantries and argue, engage in intellectual discourse, conduct commerce, exchange knowledge, share emotional support, make plans, brainstrom, gossip, feud, fall in love, find friens and lose them, play games, flirt, create a little high art and a lot of idle talk” (p. 147). O’Brien (dalam Bungin, 2009) mengatakan bahwa perilaku manusia dan teknologi memiliki interaksi di dalam sosioteknologi yang dijabarkan ada 5 komponen.
mereka sedang tergabung sebagai tempat yang lebih menyenangkan. Dalam studi tentang Computer Mediated Communication (CMC) terdapat konsep penting yaitu kehadiran sosial (social presence) yaitu keadaan dimana medium elektronik meniru isyaratisyarat social yang hadir dalam kehidupan interaksi tatap muka (face-to-face). E-mail yang hanya berupa kata-kata tercetak dapat dikatakan mempunyai kehadiran social yang rendah, yang secara teoritis membuatnya hanya sesuai untuk pertukaran informasi yang rutin. Komunikasi dua arah melalui videocoferences mempunyai kehadiran social yang tinggi karena mereka membawa isyaratisyarat social yang penting dalam intonasi suara dan ekspresi wajah dan arus interaksi langsung yang berjalan dua arah (Straubhaar, La Rose & Davenport, 2004). Melihat sekeliling kita saat ini, maka rasanya sudah tidak asing lagi kita melihat orang-orang saling berkumunikasi lewat jaringan internet. Teknologi komunkasi telah memungkinkan manusia untuk dapat melakukan komunikasi tersebut yang muncul dengan nama-nama baru seperti e-mail, facebook, twitter, dan sebagainya. Dalam transisi menuju information society, kita tidak lagi berpikir tentang bermacam-macam media komunikasi seperti buku, koran, majalah, radio, televisi, film, telepon dan komputer sebagai hal yang berbeda sama sekali. Kemajuan dalam teknologi komputer dan jaringan telekomunikasi telah membuat kesemuanya mengalami penyatuan atau konvergensi dengan media massa konvensional (Straubhaar, La Rose & Davenport, 2004). Dalam periodesasi yang dibuat oleh Mc.Luhan, maka saat ini kita memasuki era elektronik (setelah era tribal, era melek huruf, dan era cetak) dimana pada zaman ini ditandai dengan adanya telegraf, telepon, mesin ketik, radio, dan televisi telah membawa kita kembali pada masa tribalisasi dan komunikasi lisan. Alih-alih buku sebagai pusat penyimpanan informasi utama, media elektronik mendesentralisasi informasi. Era ini telah mengembalikan kita pada ketergantungan primitif akan berbicara pada satu sama lain. Kini, kita telah mengartikan berbicara secara berbeda sebagaimana hal tersebut terjadi pada era tribal. Kita berbicara melalui televisi, radio, rekaman/pita kaset/CD, foto, mesin penjawab, telepon seluler, blog, dan e-mail. Era elektronik memungkinkan komunitaskomunitas yang berbeda di bagian dunia yang berbeda untuk tetap terhubung (West & Turner, 2008). Selvin (2002) mencatat penggambaran Howard Rheingold tentang komunitas virtual akibat penggunaan internet sebagai “People in virtual communities use words on screens to exchange pleasantries and argue, engage in intellectual discourse, conduct commerce, exchange knowledge, share emotional support, make plans, brainstrom, gossip, feud, fall in love, find friens and lose them, play games, flirt, create a little high art and a lot of idle talk” (p. 147). O’Brien (dalam Bungin, 2009) mengatakan bahwa perilaku manusia dan teknologi memiliki interaksi di dalam sosioteknologi yang dijabarkan ada 5 komponen.
Kelima komponen
itu berinteraksi dalam proses sosial, satu dan lainnya saling berinteraksi dan
memengaruhi dimana setiap komponen memiliki visi masing-masing yang saling
bersinergi serta menghasilkan output proses sosial sebagaimana
diharapkan oleh seluruh stakeholder sosioteknologi. Internet merupakan
medium yang mempunyai banyak wajah, karena mempunyai banyak konfigurasi komunikasi yang berbeda. Komunikasi melalui internet muncul dalam
banyak bentuk, dari mulai halaman world wide web yang dioperasikan oleh
organisasi berita utama sampai pada grup usenet yang mendiskusikan
tentang musik tradisional atau sampai pada pengiriman e-mail antar teman dan kolega. Kemunculan interaksi antara manusia melalui media internet membuat
para teoritisi komunikasi mempertanyakan kembali bentuk komunikasi yang terjadi
melalui internet tersebut. Menurut McQuail (1987), proses komunikasi dalam
masyarakat terdiri dari enam tingkatan yaitu komunikasi intrapersonal,
interpersonal, intragroup, antar kelompok, komunikasi organisasi, dankomunikasi
dengan masyarakat luas (termasuk komunikasi massa). West dan Turner mengatakan bahwa
batasan antara komunikasi interpersonal dan computer tidak jelas. Keduanya
seringkali tumpang tindih, sebagaimana ditunjukkan oleh subbidang komunikasi
bermediasi computer. Fakta bahwa komunikasi intrapribadi dan komunikasi massa
tidak dapat dipandang sebagai konteks terpisah memiliki dampak dalam proses
berteori kita (West & Turner, 2008). Perkembangan teknologi informasi juga
tidak saja mampu menciptakan masyarakat dunia global, namun secara materi mampu
mengembangkan ruang gerak kehidupan baru bagi masyarakat, sehingga tanpa
disadari, komunitas manusia telah hidup dalam dua dunia kehidupan, yaitu
kehidupan masyarakat nyata dan khidupan masyarakat maya (Bungin, 2009).
Sebagaimana dalam masyarakat nyata, maka masyarakat maya dibangun melalui
interaksi social sesama anggota masyarakat maya. Kontak-kontak social yang
terjadi di antara anggota masyarakat maya memiliki makan yang luas di dalam
komunikasi mereka satu dengan lainnya, sehingga dari sana mereka saling
membangun makna dalam dunia intesubjektif mereka tentang dunia yang dihuninya. Perubahan
teknologi dan inovasi merubah perilaku komunikasi kita dan bahkan mungkin akan mengubah
proses komunikasi (West & Turner, 2008). Perkembangan teoretis baru dalam
komunikasi bermediasi computer telah memberikan pencerahan. Tak peduli apakah
teknologi baru akan menjadi bagian dari revolusi komunikasi atau hanya sekedar sebuah evolusi, kita akan
perlu mengkaji teoriteori kita untuk melihat seberapa baik teori tersebut menjelaskan
pertanyaan mengenai teknologi komunikasi.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Ditemukannya teknologi baru bukan
merupakan hal yang mustahil, hal ini sudah dibuktikan dalam sejarah
perkembangan manusia. Penemuan teknologi baru selalu membawa pengaruh pada budaya
manusia. Penemuan-penemuan alat-alat baru dalam kehidupan manusia selalu
dimungkinkan karena manusia selalu mencari cara untuk menyelesaikan masalah-masalah
yang dihadapinya. Perubahan budaya manusia termasuk pula di dalamnya bagaimana cara
manusia berkomunikasi, dan sejarah komunikasi manusia selalu terkait erat
dengan ditemukannya teknologi yang akhirnya merubah cara dan bentuk manusia berkomunikasi.
Teknologi komunikasi informasi saat ini semakin mengukuhkan globalisasi menuju
terciptanya dunia informasi tanpa batas. Komunikasi yang diperantarai teknologi tersebut telah menciptakan budaya baru dalam
berkomunikasi yang berbeda sama sekali dari bentuk-bentuk komunikasi yang sudah
ada sebelumnya. Komunikasi manusia melalui dunia maya telah melahirkan cyber
community, dimana komunitas ini menyerupai kondisi social masyarakat di
dunia nyata. Kehadiran manusia dalam berkomunikasi saat ini seolah-olah sudah terwakili
oleh sebuah layar yang mempunyai banyak bentuk, baik layar monitor personal
computer (PC) ataupun yang lebih kecil lagi yaitu layar telepon seluler atau tablet
PC melalui berbagai fasilitas layanan komunikasi yang diberikan oleh
teknologi yang bernama internet.
DAFTAR PUSTAKA
Herawati,
E. 2011. Komunikasi Dalam Era Teknologi Komunikasi Informasi. Humaniora, Vol:2,
100-109.
Comments
Post a Comment