SISTEM KOMUNIKASI DI PERKOTAAN
PAPER
Sistem
Komunikasi di Perkotaan
Sebagai
Syarat Memenuhi Kelulusan
Mata
Kuliah Sistem Komunikasi Indonesia Yang diampu oleh :
FATIHATUL
LAILIYAH S.Sos.,M.Med.Kom
Di
susun oleh kelompok 1 :
1. Altin
Muntiara Sari
2. Diva
Deviyanti
3. Iqta
Robatul Istiqlah
PROGAM
STUDI ILMU KOMUNUIKASI
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
INUVERSUTAS
ISLAM MAJAPAHIT
2018
SISTEM
KOMUNIKASI DI PERKOTAAN
Latar Belakang
Manusia
adalah mahluk sosial yang didalam kehidupannya tidak bisa hidup sendiri,
manusia pasti akan membutuhkan orang lain dalam menjalankan kehidupannya.
Manusia terbagi menjadi 2 kelompok yaitu ada yang tinggal di pedesaan dan ada
yang tinggal di perkotaan. Emile Durkheim mendefinisikan masyarakat sebagai
kenyataan objektif kumpulan individu sebagai struktur yang saling membutuhkan,
karenanya masyarakat dianggap sebagai sesuatu yang sakral.
Berbeda
dengan Karl Marx, yang memandang masyarakat senantiasa terdiri atas dua kelas
yang saling bertentangan, memunculkan ketegangan sebagai akibat pertentangan
antarkelas sosial dan akibat pembagian nilai-nilai ekonomi yang tidak merata.
Pada sisi lain, masyarakat juga merupakan kelompok individu yang
diorganisasikan mengikuti cara hidup tertentu. dengan realitas baru yang
berkembang membentuk kepribadian yang khas bagi manusia, sehingga masyarakat
sebagai satu kesatuan hidup manusia berinteraksi menurut suatu sistem adat
istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan terikat oleh rasa identitas
bersama.
Apa
yang yang terlintas ketika anda mendengar kata pedesaan? Pedesaan identik
dengan kata kesejuakan, kedamaian, lingkungan yang masih alami, masyarakatnya
masih mempunyai sifat kekeluargaan. Sedangkan lain halnya ketika kita mendengar
kata perkotaan, karena perkotaan biasanya digambarkan dengan daerah yang maju, infrastuktur
yang jauh lebih canggih daripada desa, serta masyarakatnya yang individualis.
Paul
B. Horton dan Chester L. Hunt (1992:139) menjelaskan masyarakat perkotaan
merupakan tempat transit berbagai aktivitas masyarakat dari berbagai wilayah
cenderung mengalami perkembangan karena adanya perkembangan indus tri dan
perdagangan yang menciptakan daya tarik kota. Sementara itu, perubahan tekno
logi dan tingginya tingkat kelahiran desa menciptakan kelebihan penduduk desa
yang tidak diimbangi oleh perkembangan industri yang memadai sehingga
menimbulkan urbanisasi. Bahkan, mata pencaharian bidang pertanian tidak mampu
mengimbangi kenaikan penduduk, sehingga penduduk beramai-ramai pindah ke kota
meskipun sulit memperoleh pekerjaan dan perumahan. Akhirnya, jumlah penduduk
kota meningkat dua kali lipat.
Secara
fisik, orang-orang kota hidup dalam keramaian, tetapi secara sosial mereka
hidup berjauhan. Hal ini juga sangat berpengaruh terhadap pola komunikasi yang
terjalin antar masyarakat. Masyarakat perkotaan cenderung lebih individualis
serta lebih mementingkan kehidupannya sendiri - sendiri. Perbedaan pekerjaan
mungkin merupakan penyebab utama dari terjadinya jarak sosial.
Landasan Teori
·
Wirth
dalam Daldjoeni (1997: 29) merumuskan kota sebagai pemukiman yang relatif besar
padat dan permanen dengan penduduk yang heterogen kedudukan sosialnya. Oleh
karena itu, hubungan sosial antar-penghuninya serba longgar, tidak acuh, dan
relasi yang terbangun tidak bersifat pribadi (impersonal
relation).
Pengertian ini menunjukkan adanya keragaman atau perbedaan kelompok sosial di
kota yang bias ditelusuri dalam hal lingkungan umumnya dan orientasi terhadap
alam, pekerjaan, ukuran komunitas, kepadatan penduduk, heterogenitas,
diferensiasi sosial, pelapisan sosial, mobilitas sosial, interaksi sosial,
pengendalian sosial, pola kepemimpinan, ukuran kehidupan, solidaritas sosial,
dan nilai atau sistem nilainya.
·
Bintarto
(1984: 36) menjelaskan bahwa kota adalah jaringan kehidupan manusia yang
ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata
sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya materialistis. Secara fisik, kota
selalu berkembang, baik melaui perembesan wilayah perkotaan maupun pemekaran
kota. Wilayah perkotaan adalah suatu kota dengan wilayah pengaruhnya. Seperti
hubungan kebergantungan antarasuatu wilayah perkotaan dengan kota-kota kecil
atau desa-desa dan sebaliknya. Wilayah kota adalah kota yang secara
administratif berada di wilayah yang dibatasi oleh batas adminiatratif yang
berdasarkan kepada peraturam perundangan yang berlaku.
·
Hadi
Yunus (2005: 40) menjelaskan definisi kota dalam enam tinjauan terhadap kota,
di antaranya: (1) tinjauan dari segi yuridis administratif, (2) segi fisik
morfologis, (3) jumlah penduduk, (4) kepadatan penduduk, (5) fungsi dalam suatu
wilayah organik, dan(6) segi sosial-kultural.
Pembahasan
a. Masyarakat perkotaan
Definisi
kota disampaikan oleh Bintarta adalah sebagai berikut : Kota diartikan sebagai
suatu sistim jaringan kehidupan yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang
tinggi dan diwarnai dengan strata ekonomi yang heterogen dan bercorak
materialistis atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan
oleh unsur-unsur alami dan non alami dbgan gejala-gejala pemusatan penduduk
yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan
materialistis dibandingkan dengan daerah dibelakangnya
Masyarakat
perkotaan merupakan masyarakat yang hidup di perkotaan yakni daerah yang sudah
berkembang dan lebih modern di banding daerah pedesaan. Suatu daerah pastilah
memiliki pengaruh bagi masyarakatnya misalnya perubahan-perubahan tampak nyata
dikota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh
dari luar, sehingga masyarakat akan terpengaruh oleh kebudayaan-kebudayaan dari
luar yang cenderung memberikan dampak negatif. Alur kehidupan yang cepat
dikota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi warga kota, sehingga
pembagian waktu yang teliti sangat penting, untuk dapat mengejar
kebutuhan-kebutuhan setiap individu, mengakibatkan lebih disiplinnya masyarakat
di perkotaan, dan orang perkotaan cenderung lebih bisa mengurus dirinya sendiri
atau lebih individualisme. Dalam aspek pengetahuan teknologi dan komunikasi,
orang perkotaan cenderung lebih baik ketimbang pedesaan karena di perkotaan
teknologi dan komunikasi cenderung berkembang ketimbang di pedesaan. Namun ada
juga sisi negatif masyarakat di perkotaan yakni kehidupan keagamaannya
berkurang, kadangkala masyarakat perkotaan tidak terlalu memikirkan masalah
keagamaannya karena memang kehidupan yang cenderung kearah keduniaan saja, dan
lebih mengejar ambisi-ambisi dunia saja. Adalagi yang berbeda dalam masyarakat
perkotaan yakni kehidupan gotong royong, gotong royong di dalam masyarakat
perkotaan cenderung kurang karena masyarakat perkotaan lebih individualis.
b. Ciri-ciri
Masyarakat Perkotaan
1.
Kehidupan keagamaan berkurang
dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa. Ini dikarenakan masyarakat
kota lebih disibukkan dengan urusan duniawi.
2.
Orang kota pada umumnya dapat
mengurus dirinya sendiri tanpa bergantung dengan orang lain(individualisme).
3.
Pembagian kerja diantara
warga-warga kota juga lebih tegas dan memunyai batas-batas nyata.
4.
Kemungkinan untuk mendapatkan
pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota.
5.
Jalan pikiran rasional yang pada umumnya
dianut masyarakat perkotaan menyebabkan interaksi yang terjadi lebih didasarkan
pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi.
6.
Jalan kehidupan yang cepat di
kota-kota mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi warga kota sehingga pembagian
waktu yang teliti sangat penting untuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan
seorang individu.
7.
Perubahan-perubahan sosial tampak
dengan nyata di kota-kota sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima
pengaruh dari luar.
c. Sistem
Komunikasi Masyarakat Perkotaan
Dengan perkembangan ilmu dan teknologi kontak sosial dewasa ini tidak hanya
diartikan dengan hubungan fisik. Teknologi komunikasi dan informasi telah dapat
mengubah bentuk kontak tidak hanya badaniah, tidak hanya diartikan sebagai pertemuan
dua orang yang kemudian berkomunikasi akan tetapi lebih luas menyangkut peran
teknologi. Akibatnya terjadi beberapa perubahan dalam
masyarakat.Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai norma, nilai,
pola-pola perilaku masyarakat, organisasi, susunan dan stratifikasi
kemasyarakatan sebagai akibat dari dinamika masyarakat yang ditimbulkan dari
kemajuan teknologi dan informasi. Hal tersebut sangat terlihat pada sistem
komunikasi pada masyarakat perkotaan.Penduduk kota sangat bervariasi atau
heterogen baik dari segi etnis, lapangan pekerjaan, tingkat pendidikan, serta
latar belakang agama maupun kebudayaan yg dianutnya. Hubungan sosialnya sangat
kompleks, misal dari segi pekerjaan, warga kota sangat beraneka, mereka dapat
berhubungan dengan banyak sekali orang disekitarnya dalam berbagai jenis
pekerjaan yang dilakukan. Masyarakat perkotaan cenderung memiliki sistem
komunikasi yang tertutup dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Mereka lebih
memilih untuk menggunakan gadget untuk berkomunikasi dengan orang lain
ketimbang bertemu langsung, meskipun jaraknya cukup dekat. Rasa individualisme
yang tinggi menyebabkan komunikasi yang terjalin tidak seerat seperti
masyarakat pedesaan. Adanya teknologi yang berkembang pesat juga
menyebabkan sikap acuh tak acuh timbul pada masyarakat perkotaan,
kepedulian terhadap sesama bukanlah suatu hal yang dikatakan penting seperti
yang terjadi pada masyarakat pedesaan. Masyarakat perkotaan lebih memilih untuk
memperhatikan kebutuhannya dibandingkan kebutuhan orang lain yang ada
disekitarnya. Keberadaan alat teknologi atau gadget menjadi sesuatu yang
diagungkan di masyarakat perkotaan. Semuanya dilakukan dengan menggunakan
teknologi untuk mempermudah dalam menjalani aktivitas.
d. Tabel
Perbedaan Kualitatif Masyarakat desa dan Kota
No
|
Unsur
Unsur Perbedaan
|
Kota
|
Desa
|
1.
|
Basis
Ekonomi
|
Industry,
Perdagangan, jasa
|
Pertanian
|
2.
|
Mata pencaharian
|
Agraris - homogen
|
Non agraris,heterogen
|
3.
|
Ruang
kerja
|
Lapangan
Terbuka
|
Ruang
Tertutup
|
4.
|
Musim/Cuaca
|
Penting,
Menentukan
|
Tidak
Penting
|
5.
|
Keahlian/keterampilan
|
Umum,tersebar
|
Ada
Spesialisasi
|
6.
|
Rumah
dan tempat kerja
|
Dekat
|
Berjauhan
|
7.
|
Kepadatan
Penduduk
|
Tidak
Padat
|
Padat
|
8.
|
Stratifikasi
Sosial
|
Sederhana,Sedikit
|
Kompleks
dan banyak
|
9.
|
Interaksi
Sosial
|
Frekuensi
Kecil, personal
|
Frekuensi
besar,impersonal
|
10.
|
Diferensi
Sosial
|
Kecil,
Homogen
|
Kompleks,
Heterogen
|
11.
|
Lembaga-lembaga
|
Terbatas,sederhana
|
Banyak
dan Kompleks
|
12.
|
Kontrol
Sosial
|
Adat,tradisi
|
Hukum,peraturan
Tertulis
|
13.
|
Sifat
kelompok Masyarakat
|
Gotong
Royong, akrab, gemeinschaft
|
Gesellschaft
|
14.
|
Mobilitas
Sosial
|
Rendah
|
Tinggi
|
15.
|
Karakter
Komunitas
|
Kecil,Homogen
|
Besar
dan heterogen
|
16.
|
Status
Sosial
|
Rendah
|
Tinggi
|
17.
|
Tradisi,
Kepercayaan Lokal
|
Kuat,
Sering irasional
|
Lemah,
rasional
|
e. Pola Komunikasi
di Perkotaan
Pola
Komunikasi di perkotaan lebih menggunakan pola komunikasi secara tidak
langsung. Berbeda dengan pola komunikasi di desa yang secara langsung. Mengapa
komunikasi di perkotaan terjadi secara tidak langsung? Karena masyarakat
perkotaan lebih dominan yang bekerja dibandingkan dengan yang berada di rumah.
Jadi mereka lebih menggunakan gadget yaitu melalui via whatsapp untuk
berkomunikasi meskipun dalam jarak dekat. Rasa individualisme yang tinggi
menyebabkan komunikasi yang terjalin tidak seerat masyarakat desa. Masyarakat
kota, meskipun memiliki jarak yang cukup
berdekatan antar rumah satu dengan rumah yang lain berdekatan karena kepadatan
penduduknya namun mereka tidak terlalu mengenal atau jarang berkomunikasi atau
bahkan tidak saling kenal dengan tetangga yang berdekatan dengan rumah. Mereka
membuat grup whatsapp untuk bermusyawarah kepentingan tertentu. Ini menyebabkan
masyarakat perkotaan mempunyai sifat yang individualis, sedangkan di pedesaan
masyarakatnya lebih kekeluargaan. Berikut ada bebrapa pola komunikasi di
perkotaan :
1.Kehidupan keagamaan berkurang
dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa. Ini dikarenakan masyarakat
kota lebih disibukkan dengan urusan duniawi.
2. Orang kota pada umumnya dapat mengurus
dirinya sendiri tanpa bergantung dengan orang lain(individualisme).
3. Pembagian kerja diantara warga-warga
kota juga lebih tegas dan memunyai batas-batas nyata.
4. Kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan
juga lebih banyak diperoleh warga kota.
5. Jalan pikiran rasional yang pada
umumnya dianut masyarakat perkotaan menyebabkan interaksi yang terjadi lebih
didasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi.
6. Jalan kehidupan yang cepat di kota-kota
mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi warga kota sehingga pembagian waktu
yang teliti sangat penting untuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang
individu.
7. Perubahan-perubahan sosial tampak
dengan nyata di kota-kota sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima
pengaruh dari luar.
Contoh
komunikasi masyarakat perkotaan
Masyarakat
perkotaan lebih mengandalkan menyebarkan informasi melalui media dibanding
bertatap muka secara langsung. Misalnya pada saat ada kegiatan keagamaan dan kegiatan
sosial masyarakat kota media whatsapp grup.
Kesimpulan
Masyarakat
perkotaan lebih individualis dan bersifat heterogen karena perbedaan pekerjaan.
Meskipun secara fisik jarak rumah berdekatan namun mereka jarang berkomunikasi
dengan masyarakat lain. Mereka lebih memilih berkomunikasi melalui media, yaitu
via wahatsapp. bahkan masyarakatnya cenderung memikirkan diri sendiri, sehingga
timbul rasa acuh tak acuh terhadap orang lain dan lingkungan sekitar.
Comments
Post a Comment